Menunggu apa.?

Pada akhirnya waktu tak kan pernah menunggu siapa pun. Layaknya tanaman. Semua ini harus dirawat, atau akan layu mengering kemudian mati. Kamu yang melengkapi rinduku dan aku yang melengkapi sepimu. Sekarang semuanya hanyalah kesakitan, kenyataan pahit yang dimana senyuman kita pasang sebagai topeng kebaik-baikan. Menunjukkan paras paling manis meski sebenarnya dalam hati teriris-iris. Selanjutnya segala hal merubah kebiasaan, aku yang terbiasa tertawa oleh mu, ceria dengan senyum dari mu, kini rela menangisi setiap kenangan yang perlahan berantakan. Aku mengenalimu sebagai orang asing hari ini. Tawaku perupa kesakitan, hiasan untuk luka disekujur perasaan yang setiap hari menertawai aku di sela-sela malam. Apakah kita selamanya akan menjadi dua keasingan yang menolak perpisahan.? Kita yang masih membayangkan masing-masing sebagai pelipur lara. Sedangkan di depan mata, kesakitan setiap hari termangu membasuh pedangnya dengan kesucian airmata. Kekasih.! Aku merindukan kita, dua pelukan yang menebas jarak tanpa sekat.

0 Response to "Menunggu apa.?"

Posting Komentar